Page

Senin, 30 September 2013

Pantaskah Saya Bertaubat ?


pantaskan bertaubat

Pertanya'an:

Saya bagus 23 tahun, saya dulu adalah seorang lelaki yang bisa dibilang tidak baik, karna dosa dosa yang saya buat, berzina, minum2 keras, meninggalkan shalat, obat2an, dan masih banyak lagi,,, apakah pantas saya bertaubat kembali kejalan yang lurus? Bisakah dosa dosa saya yang lalu itu terhapus?
Dari: Bagus N.

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Tidak ada yang bisa menghalangi anda untuk bertaubat. Siapapun orangnya, sebesar apapun dosanya, dia berhak mandapatkan ampunan Allah dan kasih sayang-Nya, selama dia bersedia untuk bertaubat. Bahkan Allah sendiri telah menawarkan kepada seluruh hamba-Nya, terutama mereka yang telah hanyut dalam berbagai macam dosa dan maksiat, agar mereka tidak berputus asa untuk mengharapkan rahmat Allah.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)
Namun untuk bisa mendapatkan rahmat dan ampunan Allah, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bertaubat. Karena itu, dalam lanjutan ayat, Allah menegaskan

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Bertaubatlah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. az-Zumar: 54)

Bukti Taubat

Inti taubat adalah menyesali perbuatan maksiat yang pernah dilakukan, meninggalkannya dan bertekad untuk tidak mengulangi. Yang semuanya dilakukan secara ikhlas karena Allah, bukan karena tendensi dunia.

Kemudian, diantara bukti taubat adalah meninggal komunitas dan lingkungan yang menjadi motivasi dirinya untuk kembali melakukan maksiat.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan,

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا، فَقَتَلَهُ، فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ

Di masa silam, di zaman umat sebelum kalian, ada seseorang yang telah membunuh 99 nyawa. Kemudian dia bertanya, dimanakah orang yang paling memahami ilmu di daerah ini. Diapun disarankan untuk menemui seorang rahib (ahli ibadah, gersang ilmu agama). Orang inipun mendatanginya. Dia ditanya, ’Orang ini telah membunuh 99 nyawa, apakah masih ada kesempatan untuk bertaubat?’ ’Tidak ada.’ Jawab si rahib. Diapun langsung membunuh si rahib, sehingga genap 100 nyawa.

Kemudian dia bertanya lagi, dimana orang yang paling berilmu di daerah ini, kemudian dia disarankan untuk menemui seorang ulama. Dia ditanya, ’Orang ini telah membunuh 100 nyawa, apakah masih ada kesempatan untuk bertaubat?’ Jawab sang ulama, ’Ya, dia punya kesempatan untuk bertaubat. Dan siapa yang lencang menghalanginya untuk bertaubat? Pergilah menuju daerah itu, karena di sana ada masyarakat uang beribadah kepada Allah (mentauhidkan Allah), dan beribadahlah kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kembali ke negeri asalmu, karena itu kampung jelek.’
Orang inipun pergi menuju daerah yang disarankan. Ketika di tengah jalan, datang malaikat kematian, mencabut nyawanya. Hingga malaikat rahmat dan malaikat adzab berdebat (siapakah yang lebih berhak membawa ruhnya). Malaikat rahmat mengatakan, ’Dia telah bertaubat, menghadapkan dirinya menuju Allah.’ Malaikat adzab mengatakan, ’Dia belum melakukan amal soleh sedikitpun.’
Kemudian datanglah seorang malaikat berwujud manusia, merekapun menjadikannya sebagai penengah. Malaikat penengah ini mengatakan, ”Bandingkan jarak antara tempat kematiannya dengan daerah asal dan daerah tujuannya. Mana yang lebih dekat, maka dia yang menang.” merekapun mengukur jaraknya, ternyata jarak menuju daerah tujuan lebih dekat. Lalu dia dibawa oleh Malaikat rahmat. (HR. Bukhari 3470 & Muslim 2766).
Anda bisa perhatikan hadis di atas,

1. Ketika si rahib ditanya, dia memberi jawaban yang salah. Akibatnya, nyawanya melayang. Ini menunjukkan betapa bahayanya ahli ibadah yang bodoh masalah agama. Masyarakat menganggapnya orang hebat, tempat rujukan agama, namun ketika ditanya, dia memberikan jawaban yang menyesatkan.

2. Ketika sang ulama ditanya, dia memberikan jawaban benar dan menenangkan, serta menyebutkan solusinya. Itulah jasa besar seorang alim, dia bagaiman cahaya bagi masyarakat yang sedang menyusuri gelapnya kehidupan.

3. Saran yang diberikan orang alim kepada si pembunuh adalah berpindah dari komunitasnya yang buruk, menuju lingkungan dan komunitas yang baik. Karena komunitas memberikan pengaruh luar biasa terhadap agama, kepribadian dan akhlak seseorang. Seseorang bisa menjadi baik karena komunnitas, demikian pula dia bisa menjadi bejat, karena komunitas. Karena itu, omong kosong ketika ada orang yang mengaku telah bertaubat dari zina, namun dia masih aktif menjalin pergaulan bebas. Sikapnya menunjukkan taubatnya belum serius.
Demikian pula, omong kosong ketika seseorang mengaku telah bertaubat dari minuman keras atau judi, sementara dia masih bergaul akrab dengan para pecandu miras dan penjudi.

4. Diantara indikator negeri yang baik adalah tauhid. Sang ulama menyebutkan ciri negeri yang baik, ’di sana ada masyarakat uang beribadah kepada Allah’ dan seseorang baru dianggap beribadah kepada Allah, ketika dia menyembah Allah dan membenci semua bentuk penyembahan kepada selain Allah.

5. Orang yang telah bertaubat dengan serius, dia tergolong orang baik, meskipun dia meninggal sebelum sempat beramal. Berbeda dengan mereka yang ada kesempatan untuk beramal, namun dia enggan beramal, maka dia berhak dianggap sebagai orang jelek.
Allahu a’lam


Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

New Nasheed about Aisha R.A

Alhamdulilah, Faksi Mujahidin Suriah Bersatu Membentuk Pasukan "Jays Al Islam"

 Upaya revolusi terhadap rezim Syiah, Bashar Al Assad terus digelorakan, Alhamdulilah kabar gembira datang dari Mujahidin di Suriah.

Kabar gembira tersebut adalah berupa penyatuan kekuatan kaum Muslimin dalam brigade-brigade dan batalion jihad yang lebih besar, sebelumnya dibawah payung Free Syrian Army (FSA) kini menjadi kelompok lebih besar dengan nama "Jays Al Islam" (Tentara Islam).

Penyatuan kekuatan 50 Faksi mujahidin Suriah yang diumumkan hari Ahad (29/9/13) kemarin, semakin menegaskan arah dari perjuangan Mujahidin Suriah yang bukan hanya sekedar mengganti rezim dan menggulingkan Bashar Assad namun berupaya terus menegakkan Islam.

Sebagaimana dikutip dari Fimadani, Senin (30/9/2013), "Jays Al Islam" (Tentara Islam) ini akan dipimpin oleh Syaikh Muhammad Zahran ibn Abdullah Alusy (Abu Abdullah) yang ditunjuk sebagai Panglima Pasukan.

Berikut ini 50 Faksi Mujahidin Suriah yang menyatakan bergabung dalam “JAYS AL-ISLAM” untuk membangun Kekuatan Militer Islam terbaru di Suriah tersebut.

1. Liwa Jays Al-Islam
3. Liwa Jays Muslimin
4. Liwa Saiful Haqq
5. Liwa Nusur Syam
6. Liwa Basya-ir An Nashr
7. Liwa Fath Syam
8. Liwa Daraa Al-Ghoutah
9. Kataib As-Shiddiq
10. Liwa Tauhid Al-Islam
11. Kataib Janub Al-Ashimah
12. Liwa Badr
13. ‘Umar bin Abdul Aziz
14. Liwa Junud At-Tauhid
15. Liwa Saiful Islam
16. ‘Umar ibn Khattab
17. Liwa Mu’adz ibn Jabal
18. Liwa Al-Faruq
19. Liwa Zubair ibn Awwam
20. Liwa zi An-Nurain
21. Liwa Al-Anshar
22. Liwa Hamzah
23. Liwa Ad-Difa’ Al-Jawwi
24. Liwa Al-Midfa’iyah was Shawarikh
25. Liwa’ AL-Mudarra’at
26. Liwa Al-Isyarah
27. Liwa Baibarz
28. Liwa Saiful Haq
29. Liwa Maghawir Qalamun
30. Liwa ‘Ibad ar-Rahman
31. Liwa Murabithin
32. Liwa Al-Badiyah
33. Liwa Anshar Sunnah
34. Liwa Ahlul Bayt
35. Liwa Syuhada Al-atarib
36. Liwa Jabhah As-Sahil
37. Liwa ‘Ain Jalut
38. Kataib Anshar Tawhid
39. Kataib Al-Mujahidin
40. Kataib Shuqur Abi Dahanah
41. Kataib As-Sunnah
42. Kataib Al-Anshar
43. Kataib Al-Barra ibn ‘Azib
44. Kataib Syabab Al-Islam
45. Katiba Ali ibn ABi Thalib
46.Katiba Thalhah ibn Abdillah
47. Katiba Al-Isytihadiyin
48. Katiba Rayat Al-Haqq
49. Katiba Dar’ul Islam
50. Katiba Al-Asyayir


Sumber : Islammedia

Jumat, 27 September 2013

CINTA YANG TERBAGI DUA

Puisi Cinta Indah.

Pagi yang dingin
Matahari yang baru menampakkan diri
Hati yang bergetar tak bisa ku ungkapkan
Dingin yang menusuk sampai ke tulang
Bayangan yang tak lepas dari mu
Mata yang tak dapat berpaling
Hati yang tak bisa berpindah

Datang tiba-tiba dalam kehidupan ini
Tak kukira akan seperti ini
Cinta yang banyak orang tak harapkan
Cinta yang sedikit dikit menjadi bukit
Cinta yang datang tak terjadwal
Cinta yang banayk orang lari darinya

 Cipt : Muhammad Nasrullah

Kamis, 26 September 2013

SEJARAH KAMPUNG INGGRIS


          Kampung inggris atau kampung bahasa adalah sebutan buat Dusun Singgahan, Desa Pelem, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, dimana ada puluhan tempat kursus bahasa asing berada. Hal ini tak lepas dari peran Muhammad Kalend Osen asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 20 Februari 1945. Di kampung halamannya Pak Kalend berprofesi sebagai guru namun profesi sebagai guru di Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu. Hingga pada usia 27 tahun dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa.
SEJARAH

Pak Kalend